Kita selalu berpikir bahwa benda-benda yang ada di sekitar kita tidak terlalu berarti. Pada perjalanan sejarahnya konon sendok telah dipakai sejak Zaman Paleolitikum, namun bentuknya dan bahan yang digunakan jelas tidak seperti sendok yang kita kenal sekarang. Pada masa tersebut sendok terbuat dari bahan Kulit kerang, Kulit kayu, bahkan dari daun-daunan. Perkakas tersebut mereka gunakan untuk menciduk air atau makanan yang berkuah. Oleh karena bahan sendok yang terbuat dari berbagai macam bahan maka sebutan untuk sendok-pun bermacam-macam, tergantung dari bahan apa sendok tersebut dibuat.
Zaman Pra Sejarah Indonesia
WELCOME
Senin, 01 Oktober 2012
Macam - Macam Batu
1. Zaman Batu Tua (Palaeolithikum)
2. Zaman Batu Tengah (Mesolithikum)
3. Zaman Batu Tengah (Neolithikum)
3. Zaman Batu Besar (Megalithikum)
Rabu, 26 September 2012
Karya Seni Rupa Zaman Batu
Karya seni rupa Indonesia yang diketemukan pada zaman batu, yaitu :
1) Karya Seni Bangunan
Bangunan yang paling tua diketemukan pada zaman batu menengah
(Mesolitikum) berupa gua-gua yang terdapat di daerah pantai seperti di
pantai-pantai Sulawesi Selatan. Peninggalan yang berupa bukit kerang
diketemukan di daerah Sumatera selatan, berdasarkan bukti-bukti berupa
sisa-sisa sampah maka dapat dipastikan pada zaman batu menengah
sudah didirikan rumah panggung.
Pada zaman Neolitikum kebudayaan masyarakatnya mulai berkembang
dengan dibuatnya rumah dari kayu dan bambu yang sampai sekarang
masih tersisa di beberapa daerah di wilayah Indonesia. Selain bangunan
dari bahan kayu dan bambu, pada zaman batu besar dikenal pula
bangunan yang terbuat dari batu untuk keperluan keagamaan dan
kepercayaan, seperti :
Dolmen
2) Karya Seni Lukis
Karya seni lukis yang paling tua diketemukan pada zaman batu
menengah, yaitu berupa lukisan pada dinding gua seperti: lukisan
binatang buruan yang terdapat di dinding gua Leang-Leang di Sulawesi
Selatan. Lukisan ini dikerjakan dengan cara menoreh dinding gua dengan
penggambaran binatang yang realistic dibubuhi dengan warna merah,
putih, hitam dan coklat yang dibuat dari bahan pewarna alam.Sedangkan
lukisan lambang nenek moyang yang berbentuk setengah binatang dan
setengah manusia dan juga lukisan lukisan cap-cap tangan terdapat di
dinding gua di Irian Jaya, lukisan ini dikerjakan dengan teknik semprotan
warna (aerograph). Lukisan-lukisan pada zaman batu menengah tidak
dibuat sebagai hiasan semata melainkan mengandung tujuan tertentu dan
dianggap memiliki kekuatan magis.
Lukisan yang berupa pahatan serta hiasan yang terdapat pada bagian-
bagian bangunan adat dan pada benda-benda kerajinan mulai dibuat pada
jaman Neolitikum dan megalitikum. Lukisan pada zaman Neolitikum
bersifat ornamentik yang statis dengan motif-motif perlambangan dan
geometris, sedangkan pada zaman megalitikum bersifat ornamentik yang
lebih dianmis.
3) Karya Seni patung
Karya seni patung Indonesia pada zaman pra-sejarah mulai dikenal
pada zaman Neolitikum berupa patung-patung nenek moyang dan
patung penolak bala. Gaya patungnya disesuaikan dengan bahan
baku yang digunakan, yaitu batu, kayu serta bahan lainnya, selain
itu patungnya juga banyak dipengaruhi seni ornamentik. Hasil-hasil
peninggalan di Jawa Barat menunjukan bahwa patung-patung memiliki
ukuran besar dengan gaya statis, frontal dan bersifat monumentalis.
Sedangkan yang ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan)
gayanya lebih dinamis dan fiktural. Di daerah lain seperti di daerah
Nias, Toraja dan Dayak pada zaman Megalitikum sampai saat ini
masih ditemukan peninggalan karya patung. Contoh seni patung hasil
peninggalan zaman batu, seperti Arca Batu Gajah yaitu batu besar yang
dihiasi seseorang yang sedang menunggang binatang buruan, contoh lain
yaitu Arca batu yang menampakan seseorang laki-laki menegendarai
seekor lembu.
Arca Batu Gajah
4) Karya Seni Kerajinan
Kebutuhan akan perabot dan didukung oleh kekayaan alam Indonesia
memungkinkan untuk berkembangnya seni kerajinan sejak awal
zaman batu. Pada zaman batu menengah telah dimulai dikerjakan
benda gerabah. Hasil peninggalan berupa gerabah dapat diketahui dari
peninggalan yang terdapat di daerah Sumatera Utara berupa pecahan
gerabah yang tergali dari bukit kerang. Teknik pembuatan gerabah yang
dikenal pada zaman itu sangat sederhana, yaitu dengan cara memilin
tanah liat kemudian menumpuknya (coiled pottery) dan dengan cara
membentuk dengan tangan (Moulding), teknik pembakarannya juga
dilakukan dengan sederhana. Perkembangan teknik pembuatan dan
disain kerajinan gerabah baru terjadi pada akhir zaman batu menengah.
Tanda-tanda perkembangannya terlihat dari hiasan yang diterapkan pada
benda gerabah, seperti goresan pada dinding gerabah, dengan membuat
teraan bahan tenunan atau kulit kerang serta dengan membubuhi warna
tanpa melalui proses pembakaran. Pada zaman ini juga diperkirakan
telah ada kerajinan tenun ini dilihat dari caranya memberi hisan
pada benda gerabah yaitu teraan tenunan. Benda kerajinan yang lain
dihasilkan zaman batu berupa perhiasan seperti cincin dari batu dan
manik-manik.
1) Karya Seni Bangunan
Bangunan yang paling tua diketemukan pada zaman batu menengah
(Mesolitikum) berupa gua-gua yang terdapat di daerah pantai seperti di
pantai-pantai Sulawesi Selatan. Peninggalan yang berupa bukit kerang
diketemukan di daerah Sumatera selatan, berdasarkan bukti-bukti berupa
sisa-sisa sampah maka dapat dipastikan pada zaman batu menengah
sudah didirikan rumah panggung.
Pada zaman Neolitikum kebudayaan masyarakatnya mulai berkembang
dengan dibuatnya rumah dari kayu dan bambu yang sampai sekarang
masih tersisa di beberapa daerah di wilayah Indonesia. Selain bangunan
dari bahan kayu dan bambu, pada zaman batu besar dikenal pula
bangunan yang terbuat dari batu untuk keperluan keagamaan dan
kepercayaan, seperti :
- Dolmen (bangunan makam)
- Punden (bangunan berundak)
- Menhir (bangunan tugu)
- Dalam bentuk perabot seperti : meja batu, kursi batu, tahta batu, dsb.
Dolmen
2) Karya Seni Lukis
Karya seni lukis yang paling tua diketemukan pada zaman batu
menengah, yaitu berupa lukisan pada dinding gua seperti: lukisan
binatang buruan yang terdapat di dinding gua Leang-Leang di Sulawesi
Selatan. Lukisan ini dikerjakan dengan cara menoreh dinding gua dengan
penggambaran binatang yang realistic dibubuhi dengan warna merah,
putih, hitam dan coklat yang dibuat dari bahan pewarna alam.Sedangkan
lukisan lambang nenek moyang yang berbentuk setengah binatang dan
setengah manusia dan juga lukisan lukisan cap-cap tangan terdapat di
dinding gua di Irian Jaya, lukisan ini dikerjakan dengan teknik semprotan
warna (aerograph). Lukisan-lukisan pada zaman batu menengah tidak
dibuat sebagai hiasan semata melainkan mengandung tujuan tertentu dan
dianggap memiliki kekuatan magis.
Lukisan yang berupa pahatan serta hiasan yang terdapat pada bagian-
bagian bangunan adat dan pada benda-benda kerajinan mulai dibuat pada
jaman Neolitikum dan megalitikum. Lukisan pada zaman Neolitikum
bersifat ornamentik yang statis dengan motif-motif perlambangan dan
geometris, sedangkan pada zaman megalitikum bersifat ornamentik yang
lebih dianmis.
3) Karya Seni patung
Karya seni patung Indonesia pada zaman pra-sejarah mulai dikenal
pada zaman Neolitikum berupa patung-patung nenek moyang dan
patung penolak bala. Gaya patungnya disesuaikan dengan bahan
baku yang digunakan, yaitu batu, kayu serta bahan lainnya, selain
itu patungnya juga banyak dipengaruhi seni ornamentik. Hasil-hasil
peninggalan di Jawa Barat menunjukan bahwa patung-patung memiliki
ukuran besar dengan gaya statis, frontal dan bersifat monumentalis.
Sedangkan yang ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan)
gayanya lebih dinamis dan fiktural. Di daerah lain seperti di daerah
Nias, Toraja dan Dayak pada zaman Megalitikum sampai saat ini
masih ditemukan peninggalan karya patung. Contoh seni patung hasil
peninggalan zaman batu, seperti Arca Batu Gajah yaitu batu besar yang
dihiasi seseorang yang sedang menunggang binatang buruan, contoh lain
yaitu Arca batu yang menampakan seseorang laki-laki menegendarai
seekor lembu.
Arca Batu Gajah
4) Karya Seni Kerajinan
Kebutuhan akan perabot dan didukung oleh kekayaan alam Indonesia
memungkinkan untuk berkembangnya seni kerajinan sejak awal
zaman batu. Pada zaman batu menengah telah dimulai dikerjakan
benda gerabah. Hasil peninggalan berupa gerabah dapat diketahui dari
peninggalan yang terdapat di daerah Sumatera Utara berupa pecahan
gerabah yang tergali dari bukit kerang. Teknik pembuatan gerabah yang
dikenal pada zaman itu sangat sederhana, yaitu dengan cara memilin
tanah liat kemudian menumpuknya (coiled pottery) dan dengan cara
membentuk dengan tangan (Moulding), teknik pembakarannya juga
dilakukan dengan sederhana. Perkembangan teknik pembuatan dan
disain kerajinan gerabah baru terjadi pada akhir zaman batu menengah.
Tanda-tanda perkembangannya terlihat dari hiasan yang diterapkan pada
benda gerabah, seperti goresan pada dinding gerabah, dengan membuat
teraan bahan tenunan atau kulit kerang serta dengan membubuhi warna
tanpa melalui proses pembakaran. Pada zaman ini juga diperkirakan
telah ada kerajinan tenun ini dilihat dari caranya memberi hisan
pada benda gerabah yaitu teraan tenunan. Benda kerajinan yang lain
dihasilkan zaman batu berupa perhiasan seperti cincin dari batu dan
manik-manik.
Megalithikum (Zaman Batu Besar )
Hasil kebudayaan zaman Megalithikum adalah sebagai berikut :
• Menhir , adalah tugu batu yang didirikan sebagai tempat pemujaan untuk memperingati arwah nenek moyang
• Dolmen, adalah meja batu, merupakan tempat sesaji dan pemujaan kepada roh nenek moyang, Adapu;a yang digunakan untuk kuburan
• Sarchopagus atau keranda, bentuknya seperti lesung yang mempunyai tutup
• Kubur batu/peti mati yang terbuat dari batu besar yang masing-masing papan batunya lepas satu sama lain
• Punden berundak-undak, bangunan tempat pemujaan yang tersusun bertingkat-tingkat
• Dolmen, adalah meja batu, merupakan tempat sesaji dan pemujaan kepada roh nenek moyang, Adapu;a yang digunakan untuk kuburan
• Sarchopagus atau keranda, bentuknya seperti lesung yang mempunyai tutup
• Kubur batu/peti mati yang terbuat dari batu besar yang masing-masing papan batunya lepas satu sama lain
• Punden berundak-undak, bangunan tempat pemujaan yang tersusun bertingkat-tingkat
Neolithikum (Zaman Batu Muda)
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang sudah dihaluskan.
Contoh alat tersebut :
• Kapak Persegi, misalnya : Beliung, Pacul dan Torah untuk mengerjakan kayu. Ditemukan di Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan
• Kapak Bahu, sama seperti kapak persegi ,hanya di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher. Hanya di temukan di Minahasa
• Kapak Lonjong, banyak ditemukan di Irian, Seram, Gorong, Tanimbar, Leti, Minahasa dan Serawak
• Perhiasan ( gelang dan kalung dari batu indah), ditemukan di jAwa
• Pakaian (dari kulit kayu)
• Tembikar (periuk belanga), ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Melolo(Sumba)
• Manusia pendukung Kebudayaan Neolithikum adalah bangsa Austronesia (Austria) dan Austro-Asia (Khmer –Indochina)
• Kapak Persegi, misalnya : Beliung, Pacul dan Torah untuk mengerjakan kayu. Ditemukan di Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan
• Kapak Bahu, sama seperti kapak persegi ,hanya di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher. Hanya di temukan di Minahasa
• Kapak Lonjong, banyak ditemukan di Irian, Seram, Gorong, Tanimbar, Leti, Minahasa dan Serawak
• Perhiasan ( gelang dan kalung dari batu indah), ditemukan di jAwa
• Pakaian (dari kulit kayu)
• Tembikar (periuk belanga), ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Melolo(Sumba)
• Manusia pendukung Kebudayaan Neolithikum adalah bangsa Austronesia (Austria) dan Austro-Asia (Khmer –Indochina)
Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
Ciri zaman Mesolithikum :
• Alat-alat pada zaman ini hampir sama dengan zaman Palaeolithikum.
• Ditemukannya bukit-bukit kerang dipinggir pantai yang disebut “kjoken modinger” (sampah dapur) Kjoken =dapur, moding = sampah)
• Alat-alat zaman Mesolithikum :
• Kapak genggam (peble)
• Kapak pendek (hache Courte)
• Pipisan (batu-batu penggiling)
• Kapak-kapak tersebut terbuat dari batu kali yang dibelah
• Alat-alat di atas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Flores
• Alat-alat Kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua-gua yang disebut “Abris Sous Roche ” Adapun alat-alat tersebut adalah :
• Flaces (alat serpih) , yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu dan berguna untuk mengupas makanan.
• Ujung mata panah,
• batu penggilingan (pipisan),
• kapak,
• alat-alat dari tulang dan tanduk rusa,
• Alat-alat ini ditemukan di gua lawa Sampung Jawa Timur (Istilahnya : Sampung Bone Culture = kebudayaan Sampung terbuat dari Tulang)
• Ditemukannya bukit-bukit kerang dipinggir pantai yang disebut “kjoken modinger” (sampah dapur) Kjoken =dapur, moding = sampah)
• Alat-alat zaman Mesolithikum :
• Kapak genggam (peble)
• Kapak pendek (hache Courte)
• Pipisan (batu-batu penggiling)
• Kapak-kapak tersebut terbuat dari batu kali yang dibelah
• Alat-alat di atas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Flores
• Alat-alat Kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua-gua yang disebut “Abris Sous Roche ” Adapun alat-alat tersebut adalah :
• Flaces (alat serpih) , yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu dan berguna untuk mengupas makanan.
• Ujung mata panah,
• batu penggilingan (pipisan),
• kapak,
• alat-alat dari tulang dan tanduk rusa,
• Alat-alat ini ditemukan di gua lawa Sampung Jawa Timur (Istilahnya : Sampung Bone Culture = kebudayaan Sampung terbuat dari Tulang)
Tiga bagian penting Kebudayaan Mesolithikum,yaitu :
• Peble-Culture (alat kebudayaan Kapak genggam) didapatkan di Kjokken Modinger
• Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang)
• Flakes Culture (kebudayaan alat serpih) didapatkan di Abris sous Roche
• Manusia Pendukung Kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa Papua -Melanosoid
• Peble-Culture (alat kebudayaan Kapak genggam) didapatkan di Kjokken Modinger
• Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang)
• Flakes Culture (kebudayaan alat serpih) didapatkan di Abris sous Roche
• Manusia Pendukung Kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa Papua -Melanosoid
Palaeolithikum (Zaman Batu Tua)
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tsb adalah :
• Kapak Genggam, banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut “Chopper” (alat penetak/pemotong)
• Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa : alat penusuk (belati), ujung tombak bergerigi
• Flakes, yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon,yang dapat digunakan untuk mengupas makanan.
Alat-alat dari tulang dan Flakes, termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk : berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
• Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat dikelompokan menjadi :
• Kebudayaan Pacitan dan Ngandong
Manusia pendukung kebudayaan
• Pacitan : Pithecanthropus dan
• Ngandong : Homo Wajakensis dan Homo soloensis.
• Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa : alat penusuk (belati), ujung tombak bergerigi
• Flakes, yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon,yang dapat digunakan untuk mengupas makanan.
Alat-alat dari tulang dan Flakes, termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk : berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
• Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat dikelompokan menjadi :
• Kebudayaan Pacitan dan Ngandong
Manusia pendukung kebudayaan
• Pacitan : Pithecanthropus dan
• Ngandong : Homo Wajakensis dan Homo soloensis.
Langganan:
Postingan (Atom)